Kebumen, 12 November 2025 – Dalam Forum Diskusi Publik bertema “Ruang Digital Anak”, Drs. GUN GUN Siswadi, M.Si, pegiat literasi digital, menegaskan bahwa literasi digital anak—dengan pendampingan aktif orang tua dan guru adalah fondasi untuk menyiapkan talenta digital menghadapi era persaingan global menuju Indonesia Emas 2045.
Penetrasi internet tinggi, risiko juga meningkat
GUN GUN menggarisbawahi penetrasi internet Indonesia yang sudah sangat luas, membuat anak-anak sejak dini hidup di ruang digital. Dampaknya dua sisi :
- Banjir informasi : anak sulit memilah konten bernilai.
- Paparan negatif : hoaks, ujaran kebencian, pornografi, penipuan digital, hingga radikalisme.
- Ketergantungan layar : menurunkan produktivitas, mengganggu kesehatan, dan perilaku sosial.
“Anak-anak adalah kelompok paling rentan di era digital. Tanggung jawab kita adalah memastikan ruang digital mereka aman dan bernilai,” tegasnya.
Literasi digital anak butuh pendampingan nyata
Menurut GUN GUN, literasi digital anak berbeda dari orang dewasa karena mensyaratkan pendampingan :
- Orang tua sebagai navigator : bukan sekadar mengawasi, tapi menuntun anak memanfaatkan teknologi untuk belajar, berkarya, dan berkolaborasi.
- Kapasitas digital orang tua dan guru : harus ditingkatkan agar tidak tertinggal dari anak.
- Keseimbangan dunia nyata : dorong interaksi fisik, permainan sosial, dan aktivitas komunitas agar anak tak terisolasi di dunia maya.
“Pendampingan aktif adalah kunci. Tanpa itu, celah-celah ruang digital mudah dimasuki konten yang merusak,” ujarnya.
Langkah praktis di rumah
Ia mendorong keluarga menerapkan aturan yang jelas dan konsisten :
- Batas waktu dan zona bebas gawai: sepakati durasi harian dan area rumah tanpa ponsel, seperti ruang makan.
- Kurasi aplikasi dan platform: gunakan layanan yang dirancang untuk anak (misalnya mode anak), aktifkan kontrol orang tua dan fitur keamanan.
- Dialog terbuka: biasakan anak bercerita tentang apa yang mereka tonton/mainkan; ajarkan cara mengenali hoaks, perundungan siber, dan situs palsu.
Target 2045 : talenta digital kompetitif
Menutup paparannya, GUN GUN menautkan literasi digital dengan visi Indonesia Emas 2045. “Talenta digital tidak lahir tiba-tiba. Ia tumbuh dari kebiasaan bertanggung jawab, etika digital yang kuat, dan kecakapan teknologi sejak dini,” pungkasnya.
📌 Sumber : Forum Diskusi Publik “Ruang Digital Anak”, siaran langsung YouTube di sini.
