Surakarta, Jum’at (21/11/2025)_Sinuwun Sampeyan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakoe Boewono XIV melaksanakan Jum’atan perdana pasca Jumeneng Noto Bhinayangkare. Kegiatan ini bukan hanya wujud menjalankan kewajiban sebagai umat Islam, tetapi juga penegasan tradisi luhur raja-raja Surakarta terdahulu yang senantiasa menjaga hubungan erat antara Keraton dan Masjid Agung Surakarta.
Tepat pukul 11.00 WIB, Sinuwun miyos dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Kagungan Dalem Masjid Agung Surakarta. Setibanya di lokasi, Sinuwun yang telah dalam keadaan suci langsung memasuki masjid untuk melaksanakan shalat Takhiyatul Masjid sebelum menyimak khotbah Jum’at. Seluruh rangkaian ibadah diikuti dengan khusyuk, ditemani oleh KGPHA Panembahan Dipokusumo yang mendampingi beliau.
Seusai sholat Jum’at, Sinuwun Pakoe Boewono XIV berkenan bersilaturahim dengan Takmir Masjid Agung Surakarta, KH. Muhammad Muhtarom, M.Si., M.Pd.I. Pertemuan berlangsung akrab dan penuh nuansa intelektual, mengingat salah satu fokus diskusi adalah keberadaan manuskrip-manuskrip Al-Qur’an warisan para raja Surakarta.
Dalam kesempatan itu, KH. Muhtarom menyampaikan beberapa poin penting. Pertama, beliau menyampaikan sambutan penyambutan kepada Sinuwun Pakoe Boewono XIV.
“Alhamdulillah wilujeng rawuh Sinuwun teng kantoran Takmir Masjid Agung.”ungkapnya.
KH. Muhtarom memberikan penjelasan terkait upaya pelestarian naskah keagamaan Keraton.
“Manuskrip sudah didigitalisasi sejak 2007, alhamdulillah juga mendapat penghargaan dari Perpusnas.”jelasnya.
Takmir Masjid Agung juga menjelaskan cakupan data yang telah berhasil dihimpun oleh Masjid Agung Surakarta.
“Yang sudah didigitalisasi ada 107 manuskrip dan ini terus kita gali; yang baru ada 47.”kata kiyai jebolan Magister Pendidikan Islam itu.
KH. Muhtarom turut memaparkan temuan penting dari para peneliti nasab keilmuan Keraton pada masa lalu.
“Gus Ghofur Al Anwar pernah menemukan manuskrip Al-Qur’an di era PB IV, V, VI, dan VII tahun 1800-an awal; dawuh langsung Sinuwun untuk ulama Keraton dari berbagai versi qiro’ah.”pungkas Kiyai Muhtarom.
Rangkaian keterangan tersebut menegaskan bahwa Masjid Agung Surakarta masih menyimpan harta intelektual yang sangat berharga dan membutuhkan perhatian serius dari semua pihak, termasuk Keraton.
Menanggapi berbagai penjelasan dan silaturahmi tersebut, Juru Bicara Sinuwun, KPA Singonagoro, menyampaikan pernyataan resmi. Dalam statemennya, ia terlebih dahulu menegaskan rasa bahagia Sinuwun atas ibadah Jum’atan perdana ini:
“Sinuwun Pakoe Boewono XIV sangat berbahagia dapat melaksanakan shalat Jum’at pertama pasca Jumeneng Noto Bhinayangkare di Masjid Agung Surakarta. Beliau menegaskan komitmen penuh untuk memakmurkan Masjid Agung sebagai pusat syiar Islam dan pusat kebudayaan Keraton.”katanya.
Selanjutnya, KPA Singonagoro menyampaikan sikap Sinuwun terkait pelestarian manuskrip.
“Sinuwun akan mendukung seluruh langkah penyelamatan manuskrip, termasuk program digitalisasi yang telah dan akan terus dilakukan oleh Takmir Masjid Agung.”lanjut Juru Bicara Raja Gen Z itu.
Pihaknya juga menekankan kembali hubungan historis antara Keraton dan tradisi intelektual Islam.
“Keraton sejak dulu memiliki banyak ulama besar yang lahir dari lingkungan istana. Tradisi keilmuan itu akan kembali dirawat, dijaga, dan dilanjutkan agar menjadi cahaya bagi masyarakat luas.”tutup Kanjeng Singo.
Giat Jum’atan ini tidak sekadar rangkaian ibadah rutin, tetapi merupakan simbol komitmen Sinuwun Pakoe Boewono XIV dalam menyambung kembali mata rantai tradisi keagamaan para raja Surakarta. Masjid Agung bukan hanya pusat ibadah, melainkan simpul antara kekuasaan adat, ilmu keislaman, dan ruang spiritual masyarakat Surakarta.
Dengan langkah penuh takzim, tradisi luhur, dan kesungguhan menata masa depan Keraton, Sinuwun berharap seluruh masyarakat Surakarta dapat terus hidup dalam suasana rukun, teduh, dan adem ayem, selaras dengan nilai-nilai adiluhung warisan Kasunanan.
Mariyo




















