Scroll untuk baca artikel
Banner Iklan Harianesia 325x300
Banner Iklan Harianesia floating
Banner Iklan Harianesia floating
Banner Iklan Harianesia 728x250
Politik

Ribka Tjiptaning Meminta Jajaran DPP PDIP Di DPR RI Untuk Perjuangkan Nasib Keluarga Korban, Serta Tertibkan Arsip Kudatuli Agar Tidak Hilang Dari Sejarah Bangsa

×

Ribka Tjiptaning Meminta Jajaran DPP PDIP Di DPR RI Untuk Perjuangkan Nasib Keluarga Korban, Serta Tertibkan Arsip Kudatuli Agar Tidak Hilang Dari Sejarah Bangsa

Sebarkan artikel ini
Banner Iklan Harianesia 468x60

Jakarta – Sedikitnya 500 Kader PDI Perjuangan yang beralamat di Jalan Diponegoro No.58, Jakarta Pusat, Minggu pagi menggelar Tabur Bunga serta Doa bersama dalam rangka memperingati kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli Minggu (27/7/2025).

Banner Iklan Harianesia 300x600

Dalam kegiatan tersebut Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning meminta kepada jajaran DPP PDIP yang kini menjadi anggota DPR RI untuk memperjuangkan nasib keluarga korban serta menertibkan arsip peristiwa Kudatuli agar tidak hilang dari sejarah bangsa.
“Kader itu harus tidak boleh lupa dengan Kudatulii,” kata Ribka.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kesehatan ini juga mengenang peran Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjadi simbol perlawanan rakyat atas represi Orde Baru, terutama setelah kekuasaan mencoba menggulingkannya lewat rekayasa dualisme kepemimpinan partai.

Ia juga menyebut kantor DPP PDIP sebagai saksi bisu berbagai peristiwa seputar Kudatuli.
“Bukan cuma Diponegoro 58. Di daerah-daerah pun terjadi perampasan kantor-kantor partai. Harusnya seluruh fraksi ingat akan hal ini,” ujarnya.

Dalam acara yang diawali dengan doa bersama untuk para korban yang gugur dalam peristiwa Kudatuli.
Terlihat hadir Bonnie Triyana, Sadarestuwati, Wiryanti Sukamdani, Ronny Talapessy, dan Deddy Yevri Sitorus.

Hadir pula Wakil Sekjen DPP PDIP Yoseph Aryo Adhi Darmo serta Wakil Bendahara Umum PDIP Yuke Yurike.

Usai pembacaan doa Dr.Ribka mengajak seluruh elite PDIP untuk memulai prosesi tabur bunga, dimulai dari gerbang depan kantor DPP PDIP, lalu dilanjutkan ke halaman dan area parkir kantor partai.

Ribka juga mengajak peserta menabur bunga di titik-titik di mana para korban Kudatuli gugur.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai bentuk penghormatan kepada para korban dan keluarga mereka.

Baca Juga :  Satbinmas Polres Jepara Gelar Binkorpolsus Bagi Petugas Rutan Kelas II B Dan Perhutani Jepara

Menjelang siang, kegiatan dilanjut dengan TalkShow serta pemutaran Film Documenter KUDA TULI #KamiTidakLupa yang diselenggarakan oleh Badan Sejarah Indonesia DPP PDI PERJUANGAN.

Dengan dipandu oleh Denny Cagur yang merupakan Anggota Komisi X DPR RI, acara ini di buka dengan kata sambutan oleh Ketua
DPP PDIP
Djarot Saiful Hidayat, Kemudian Menyanyikan
Lagu Indonesia Raya 2 Standza, Hymne PDI Perjuangan yang di ikuti oleh seluruh tamu undangan, dilanjut Pemutaran
Film KUDA TULI
#KamiMenolak Lupa,
Acara ini juga menghadirkan pelaku sejarah saat itu yakni Jacobus M, Wilmar Farid Sejarawan yg saat itu masih menjadi Aktifis 98.

Peringatan Kudatuli kali ini diliputi suasana penuh keprihatinan dan kesedihan atas ketidakadilan hukum yang menimpa Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang divonis 3 tahun enam bulan penjara dalam kasus suap pergantian antar waktu (PAW) dan perintangan penyidikan Harun Masiku.

“Vonis hakim tersebut menjadi catatan sejarah ketidakadilan karena hukum belum berpihak kepada seluruh rakyat, sehingga kami memperingati Kudatuli tahun ini penuh keprihatinan serta kesedihan. Namun sekaligus bangkitnya kesadaran dan semangat kami untuk memperjuangkan dan menegakkan keadilan bagi Bung Hasto,” tegasnya.

Pernyataan pernyataan yang disampaikan berbagai pihak dalam peringatan 29 tahun Kudatuli tersebut, salah satunya yakni Ketua DPP PDIP Bidang Kesehatan Dr.Ribka Tjiptaning.

Baca Juga :  Empat Partai Besar Di Banten Resmi Usung Mad Romli - Irvansyah Asmat, Maju Di Pilkada 2024 Kabupaten Tangerang

“Ibu Ribka Tjiptaning dalam kesempatan ini juga mengatakan bahwa kita harus terus menegakkan keadilan dan tidak melupakan kejadian Kudatuli,”.

Berbagai eksponen menghadiri acara penting bagi kader PDIP tersebut, di antaranya Pengurus DPP PDI Perjuangan, Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124 atau korban 27 Juli 1996, eksponen ’96, dan para aktivis, serta kader PDIP dari berbagai wilayah di Indonesia.

Ribka Tjiptaning dalam pernyataannya menegaskan “Perjuangan belum selesai. Kita terus menuntut Kudatuli diakui sebagai pelanggaran HAM berat. Kita berharap Bonnie Triyana memperjuangkan ini.”

Kepada para Undangan sekitar 500 orang, yang begitu antusias mengikuti proses jalannya peringatan peristiwa 27 juli ini, Dr.Ribka Tjiptaning menegaskan “Bahwa Peristiwa 27 Juli atau Kudatuli adalah tonggak lahirnya reformasi di Indonesia.
“Tidak akan ada Reformasi 1998, jika kerusuhan akibat penyerangan kantor PDI pada 1996 tidak terjadi” tandasnya.
“Tanpa (peristiwa) 27 Juli, tidak ada reformasi dan perjalanan reformasi saat ini masih panjang serta banyak yang perlu diperjuangkan.

Politikus senior PDI-P itu menilai, cita-cita reformasi belum tercapai.
Oleh karena itu sebagai Kader-kader PDI-P Agar supaya tidak melupakan sejarah partai. Menurutnya, partai berlambang banteng moncong putih itu harus membangun basis rakyat dan “tidak cengeng”.
“Reformasi ini masih sekadar angan-angan. Tetapi, Banteng PDI-P tidak boleh ngambek, tidak boleh cengeng! Kita harus bangun kekuatan basis rakyat, seperti dulu Mega menang karena rakyat,” kata Ribka.

Ribka Tjiptaning dalam pernyataannya jiga menegaskan *“Perjuangan belum selesai”* Kita terus menuntut Kudatuli diakui sebagai pelanggaran HAM berat.
Kita berharap Bonnie Triyana memperjuangkan ini.”

Baca Juga :  Ketua DPRD Kota Bogor Hadiri Pekan Panutan Pembayaran PBB-P2 di Plaza Balai Kota

Dihadapan yang hadir sekitar 500 orang, Dr.Ribka Tjiptaning menegaskan “Bahwa Peristiwa 27 Juli atau Kudatuli adalah tonggak lahirnya reformasi di Indonesia.
*”Tidak akan ada Reformasi 1998, jika kerusuhan akibat penyerangan kantor PDI pada 1996 tidak terjadi” tandasnya”*.

*“Tanpa (peristiwa) 27 Juli, tidak ada reformasi Dan perjalanan reformasi saat ini masih panjang serta banyak yang perlu diperjuangkan”*.

Wanita yang saat kejadian 29 tahun
Silam dalam keadaan hamil ini
Berpesan
“Sebagai Kader-kader PDI-P Agar supaya tidak melupakan sejarah partai berlambang banteng moncong putih.
Kita harus terus menerus membangun basis rakyat dan “tidak boleh cengeng”. tandasnya lagi

“Reformasi ini masih sekadar angan-angan. Tetapi, Banteng PDI-P tidak boleh ngambek, tidak boleh cengeng! Kita harus bangun kekuatan basis rakyat, seperti dulu Mega menang oleh karena rakyat saat itu, Voxpopulivoxdei, suara rakyat adalah suara Tuhan, yang saat itu berhasil menumbangkan
Rezim Otoriter.

Untuk diketahui, Kudatuli yaitu peristiwa penyerangan kantor PDI Perjuangan oleh kubu PDI Soerjadi dengan dukungan pemerintah saat itu pada 27 Juli 1996 untuk mengambil paksa markas besar PDI Pro Megawati Soekarnoputri di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat. Peristiwa tersebut mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka dari pendukung Megawati Soekarnoputri

Data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), lima orang tewas dalam peristiwa itu. Kemudian, ada 149 orang luka-luka dan 23 orang dinyatakan hilang.(Hddt)

Banner Iklan 1
Banner Iklan Harianesia 120x600