BOGOR,31 Desember 2025- Menutup lembaran tahun 2025, Kefas Hervin Devananda (Romo Kefas) – sebagai Penginjil, Aktivis Masyarakat, dan Jurnalis – mengajak masyarakat untuk merenungkan perjalanan panjang yang telah dilalui, di mana semangat kebersamaan menjadi landasan utama dalam menghadapi segala dinamika kehidupan. “Tahun yang telah berlalu bukan hanya tentang apa yang kita capai, tapi bagaimana kita saling mendukung satu sama lain,” ujarnya dengan nada penuh syukur.
Lahir di Jakarta 50 tahun lalu, Romo Kefas yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (Pewarna) Provinsi Jawa Barat, pernah menjabat sebagai Ketua Presidium Forum Masyarakat Kristen Bekasi serta Sekretaris Jenderal LSM AMTI dan GAPEKA. Dengan gelar S.Th. dari Sekolah Tinggi Theologi Victory Jakarta dan M.Pd.K., ia selalu menjadikan prinsip “Kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri” sebagai pijakan dalam setiap peran yang diemban.
“Tahun 2025 membawa berbagai lika-liku – ada saat-saat kita merasa berada di atas awan, juga ketika kita harus menghadapi kedalaman kesulitan. Namun seperti yang tertulis dalam Mazmur 107:29, ‘Ia membuat badai menjadi tenang, sehingga ombak-ombaknya tidak bergoncang,’ setiap rintangan yang kita lewati telah memperkokoh hati dan memperluas pemahaman kita tentang makna persatuan,” paparnya dengan suara yang mantap.
Romo Kefas mengakui bahwa perjalanan tahun 2025 tak selalu mulus. Sebagai penginjil, ia menghadapi tantangan dalam menyebarkan pesan harapan di tengah berbagai dinamika sosial. Sebagai aktivis, ia sering harus menghadapi kompleksitas masalah yang dihadapi masyarakat. Sebagai jurnalis, ia terus berjuang untuk menyampaikan fakta yang objektif dan menjadi suara bagi kelompok yang kurang terdengar. Meskipun ada saat-saat rasa lelah menghampirinya, setiap kali melihat dampak positif yang dihasilkan dari kerja sama bersama, ia yakin bahwa setiap usaha tidak pernah sia-sia.
“Sepanjang tahun 2025, saya melakukan napak tilas ke berbagai daerah untuk melihat langsung kondisi masyarakat, menjajaki cerita dari ibu-ibu usaha kecil, bertemu dengan petani, berbincang dengan pedagang pasar, serta mendengar keluhan dan harapan dari seluruh pelaku UMKM di desa. Dari semua interaksi itu, saya belajar bahwa rasa peduli yang tulus bisa menyatukan hati berbeda latar belakang, membangun solidaritas yang sesungguhnya,” katanya dengan nada tulus.
Menurutnya, komunikasi jujur dan rasa empati adalah kunci utama yang membuat berbagai upaya kolaboratif tahun lalu bisa berjalan dengan baik. “1 Petrus 3:8 menyatakan, ‘Hendaklah kamu semua satu dalam pemikiran rendah hati dan penuh kasih, saling mengasihi saudara, serta sabar dalam menanggung kesusahan bersama.’ Sepanjang tahun lalu, kita belajar bahwa ketika kita benar-benar mau mendengar dan merasakan apa yang orang lain alami, setiap hambatan bisa diatasi dan setiap masalah bisa ditemukan jalan keluarnya,” tegasnya.
Romo Kefas juga menekankan bahwa tindakan nyata menjadi bukti nyata dari setiap kata yang diucapkan sepanjang tahun 2025. “Saya tidak suka omong kosong. Sepanjang tahun lalu, kita selalu berusaha menerapkan firman Lukas 3:11 sebagai pedoman: ‘Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian.’ Ini bukan sekadar ajaran, tapi cara hidup yang kita praktikkan bersama masyarakat,” tambahnya.
Dalam refleksinya, ia menyampaikan bahwa tahun 2025 telah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kerja sama dan solidaritas. “Kita telah membuktikan bahwa ketika kita bersatu, tidak ada hal yang tidak bisa kita hadapi. Semua pengalaman tahun lalu – baik suka maupun duka – telah menjadi aset berharga yang akan membawa kita melangkah lebih kuat menuju Tahun 2026,” pungkasnya dengan semangat yang menyentuh dan penuh harapan.
Jurnalis Vicken Highlanders




















