Jakarta,-“Kemlu Mengejar Pengadaan Sapi Impor? Sungguh kebijakan yang tidak masuk akal”. Alih-alih dengan “ngotot MBG” maka negara berinvestasi serius pada budi daya perikanan darat dan nelayan tangkap yang secara alamiah, sosial, dan geopolitik jauh lebih relevan bagi Indonesia. Mengapa malah berencana impor sapi? Hal ini diungkapkan
oleh Prof.Connie Rahakundini Bakrie/Analisis Militer, Pertahanan dan Keamanan dalam tulisanya yang diunggah di Akun Instagram Sabtu (27/12/2025).
Lebih lanjut Penulis Buku
“Dari Mimpi PERADABAN menuju Kelahiran BANGSA BERKESADARAN” ini berpendapat
“Dalam perspektif pembangunan berkelanjutan, prioritas MBG pada impor sapi bertentangan dengan prinsip comparative advantage Indonesia sebagai negara maritim. Penguatan sektor perikanan darat dan tangkap seharusnya menjadi arus utama kebijakan nasionalisasi MBG Memaksakan impor sapi bagi program nasional MBG adalah bentuk kebijakan yang “melawan logika geografis dan mengkhianati identitas maritim Indonesia” ungkap Connie.
Kebijakan impor sapi untuk MBG (Milk, Beef, and Goat) dianggap tidak sejalan dengan potensi dan keunggulan Indonesia sebagai negara maritim.
Kebijakan Fokus pada impor sapi dinilai mengabaikan sektor perikanan darat dan tangkap yang lebih relevan secara geografis dan ekonomis. Penguatan sektor perikanan dapat meningkatkan ketahanan pangan, membuka lapangan kerja, dan menjaga kedaulatan maritim tandasnya.
Seharusnya Kebijakan lebih
Memprioritaskan investasi pada budi daya perikanan darat dan nelayan tangkap, dan lebih meningkatkan infrastruktur dan teknologi untuk mendukung sektor perikanan.
Fokus pada pengembangan produk perikanan dapat bernilai tambah.
Untuk itu dirinya mendorong agar Evaluasi kebijakan MBG untuk memastikan keselarasan dengan potensi nasional.
Dengan pendekatan ini, Indonesia dapat memanfaatkan comparative advantage sebagai negara maritim dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
(D. Wahyudi)




















