BOGOR_HARIANESIA.COM_ Dalam dunia jurnalistik yang kian kompleks dan penuh dinamika, nama Heri muncul sebagai sosok yang memegang teguh idealisme dan profesionalisme. Lahir dari darah Sumatera Selatan, daerah yang dikenal melahirkan pribadi-pribadi tangguh dan berkarakter kuat, Heri membuktikan bahwa menjadi jurnalis bukan sekadar menulis berita, melainkan mengemban amanah untuk menjaga nurani publik.
Sebagai seorang jurnalis, Heri dikenal berpegang pada prinsip keseimbangan informasi dan ketajaman analisis. Dalam setiap liputan, ia selalu menempatkan keakuratan di atas sensasi, dan kebenaran di atas kepentingan. Pendekatannya yang berimbang membuat setiap karya jurnalistiknya tidak hanya faktual, tetapi juga mengandung nilai edukatif bagi pembaca.
“Bagi saya, jurnalisme bukan alat untuk menjatuhkan, tetapi sarana untuk mencerahkan,” ujarnya dalam satu kesempatan. Pandangan ini menggambarkan sikap profesional seorang jurnalis yang menolak tunduk pada tekanan pihak mana pun. Heri Yanto memaknai peran media sebagai penyambung nurani rakyat, bukan corong kekuasaan atau alat pencitraan.
Rekam jejaknya di dunia media memperlihatkan konsistensi dalam menulis dengan sudut pandang kritis, namun tetap menjunjung asas berimbang. Ia tidak segan mengungkap fakta di lapangan, tetapi juga memberikan ruang bagi semua pihak untuk menjelaskan duduk persoalan. Inilah bentuk profesionalisme yang jarang dimiliki di tengah maraknya jurnalisme instan yang mengedepankan kecepatan tanpa ketelitian.
Dalam setiap karyanya, Heri menempatkan etika dan integritas sebagai dasar. Bagi dirinya, seorang jurnalis sejati harus mampu menjaga jarak dari kepentingan pribadi maupun politik, agar berita tetap menjadi cermin kebenaran yang murni. Ia percaya, kekuatan media tidak terletak pada popularitas, tetapi pada kepercayaan publik yang dibangun lewat konsistensi dan kejujuran.
Heri adalah contoh nyata bahwa profesionalisme dan idealisme masih hidup di dunia pers Indonesia. Dari tanah Sumatera Selatan, ia membawa semangat kerja keras dan keberanian bersuara yang berpadu dengan kecermatan berpikir. Dalam setiap tulisannya, ia menghadirkan suara publik yang sering tak terdengar dengan cara yang santun, tajam, dan berimbang.
Di tengah era digital yang kerap menyesatkan makna kebenaran, sosok seperti Heri Yanto menjadi pengingat bahwa jurnalisme sejati tidak hanya tentang berita, tetapi tentang menjaga marwah profesi dan kepercayaan masyarakat.


















