Scroll untuk baca artikel
Banner Iklan Harianesia 325x300
Banner Iklan Harianesia floating
Banner Iklan Harianesia floating
Banner Iklan Harianesia 728x250
Politik

5 Point Tuntutan, Aksi Ibu Ibu Demo Di Monas, Soal MBG Apa Saja .?!

×

5 Point Tuntutan, Aksi Ibu Ibu Demo Di Monas, Soal MBG Apa Saja .?!

Sebarkan artikel ini
Banner Iklan Harianesia 468x60

Jakarta – Sejumlah massa yang menamakan diri Suara Ibu Peduli Makan Bergizi Gratis (MBG) menggelar unjuk rasa di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025). Aksi tersebut mengangkat tema “Negara Harus Serius: Makan Bergizi Gratis Harus Efektif, Tepat Sasaran, dan Berpihak pada Rakyat Kecil.” Pantaua awak media di lokasi, massa membawa berbagai atribut protes.

Banner Iklan Harianesia 300x600

Sejumlah peserta mengangkat poster dengan tulisan sindiran seperti “Makan Beracun Gratis”, “Pangan adalah Hak”, “Wujudkan Hak atas Pangan dan Gizi”, “Mama buat bekal dengan cinta, Negara datang dengan MBG racuni siswa”, hingga “Mau Bapak Gembira.”

Selain itu, mereka juga membentangkan spanduk besar berwarna merah-hitam bertuliskan “Suara Ibu Peduli MBG”.

Di trotoar dekat area parkir IRTI Monas, peserta aksi menata peralatan rumah tangga seperti panci, wajan, piring, gelas, saringan, kotak bekal, hingga wadah plastik di atas poster-poster protes sebagai simbol penolakan. Beberapa orang tampak berorasi menggunakan megafon, sementara yang lain mengenakan caping atau topi petani sebagai bentuk simbolik.

Rusmarni Rusli dari Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat menyebutkan, program MBG pada dasarnya baik, namun pelaksanaannya belum berjalan sempurna. “Kami memahami ini program pemerintah dan mengapresiasi Pak Prabowo untuk meningkatkan gizi anak-anak Indonesia. Namun kenyataannya, mekanismenya masih belum bisa dibilang sempurna. Jangan sampai anak-anak dijadikan kelinci percobaan,” ujarnya.

Baca Juga :  Rieke Diah Pitaloka beri Apresias Komisi Yudisial, yang Rekomendasi Pecat 3 Hakim PN Surabaya

Rusmarni menyoroti sejumlah kasus keracunan yang diduga terkait menu MBG di berbagai daerah.

“Data terakhir yang kami terima sudah ada sekitar 8.600 kasus keracunan. Apakah harus menunggu ada yang meninggal dulu baru dievaluasi?” katanya.

Ia juga mengkritisi besarnya anggaran program yang dinilai rawan penyalahgunaan. “Ini menyedot 40 persen dari 20 persen anggaran pendidikan kita. Jangan sampai jadi proyek, bukan lagi program,” ucapnya.

SenadaYuli Supriati dari Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat menekankan perlunya perbaikan sistem distribusi MBG agar lebih sesuai dengan kondisi anak-anak di daerah. “Kita ini bukan negara yang kelaparan, tapi memang banyak anak yang masih lapar. Jadi programnya harus manusiawi, berbasis penelitian, bukan seperti bagi-bagi ransum tentara,” katanya.

Yuli menilai pemerintah perlu melakukan riset mendalam sebelum menentukan menu MBG, termasuk survei alergi, selera lokal, dan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

“Program ini harus masuk ke mulut anak-anak, bukan jadi sampah makanan. Kalau dapurnya jauh, makanan bisa rusak. Lebih baik satu dapur melayani 100 anak tapi jelas terjamin kualitas dan gizinya,” ujarnya. Melalui aksi ini, massa mendesak pemerintah memastikan program MBG benar-benar berjalan efektif, tepat sasaran, serta meningkatkan kualitas gizi anak-anak. Mereka menekankan agar program tidak justru menimbulkan risiko kesehatan baru bagi siswa penerima.

Baca Juga :  Paripurna Pelantikan DPRD Periode 2024 - 2029, Atang Trisnanto Serahkan Palu Pimpinan ke Adityawarman 

Ada 5 point dari tuntutan Suara Ibu Peduli Makan Bergizi Gratis (MBG)

Makan Bergizi Gratis Harus Efektif, Tepat Sasaran, dan Berpihak pada
Rakyat Kecil.
Kami, Suara Ibu Peduli Makan Bergizi Gratis (MBG), menegaskan bahwa pemenuhan gizi anak
tidak boleh diperlakukan sebagai proyek seremonial.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi program unggulan pemerintah semestinya
menjadi langkah maju untuk memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan kuat. Namun,
dalam praktiknya program ini justru menimbulkan persoalan yaitu keracunan, kualitas rendah
dan risiko penyalahgunaan.

Makan Bergizi Gratis Bukannya Makan Beracun Gratis
Tujuan MBG adalah Untuk meningkatkan asupan gizi anak usia sekolah, menciptakan SDM
Indonesia unggul,dan menumbuhkan kebiasaan mengonsumsi makanan sehat sejak dini.

Untuk
mencapai tujuan yang mulia tentunya dibutuhkan juga kebijaksanaan dalam pelaksanaannya.
Makan bergizi gratis telah bergeser dari program menjadi sekadar proyek. Ini terlihat dari tahap
persiapan sampai eksekusinya.
Keracunan makanan hanyalah salah satu bagian dari gunung persoalan makan bergizi gratis.

Menurut Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), korban keracunan MBG hingga 27
September 2025 mencapai 8.649 orang di 16 provinsi dan puluhan kabupaten/kota.
Banyaknya kekisruhan yang terjadi dalam penyelenggaraan MBG sejatinya menunjukkan
bahwa problemnya bukan sekadar kesalahan teknis.

Waktu yang tepat untuk mereset makan bergizi gratis adalah sekarang. Kami bergerak bersama
menyuarakan keprihatinan terhadap jatuhnya korban MBG setiap hari semakin menambah
panjang korban.

Baca Juga :  WBP Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang Diduga Masih Bebas Menggunakan Handphone

Gizi yang seharusnya menjadi prioritas berubah menjadi sekadar formalitas demi
menggugurkan kewajiban laporan.

Tuntutan Kami
Dalam aksi yang kami lakukan hari ini, 1 Oktober 2025, di depan Istana Negara, kami
mendesak :

1. Evaluasi total program MBG karena pada akhirnya, yang paling penting bukan sekadar
angka, melainkan kualitas dan tanggung jawab nyata pemerintah.

2. Penyaluran MBG dilakukan secara bertahap, dimulai dari keluarga kelas bawah dan
menengah.

3. Prioritas diberikan kepada keluarga di desa-desa dan kawasan miskin perkotaan yang
paling rentan terhadap krisis pangan dan gizi.

4. Mekanisme penyaluran tunai kepada orang tua, dilakukan dengan transparan dan
akuntabel, dengan melibatkan komunitas, organisasi perempuan, dan masyarakat sipil
sebagai pengawas independen.

5. Tinjau ulang aspek konstitusi dan HAM Anak bukannya berbasis proyek.

Kami menyerukan kepada pemerintah untuk segera menghentikan praktik simbolik dalam
implementasi MBG. Program ini harus diubah menjadi kebijakan nyata yang efektif, tepat
sasaran, dan adil.
Memberikan makanan bergizi bagi anak-anak bukanlah hadiah, melainkan hak yang wajib
ditunaikan negara.

Masa depan bangsa ini ada di tangan anak-anak. oleh karena itu perlunya
pemerintah melihat program dengan perspektif perlindungan anak menuju Indonesia Emas
2045 bukannya Indonesia cemas.**

Banner Iklan 1
Banner Iklan Harianesia 120x600